- See more at: http://www.fathurrizqi.com/2013/09/membuat-slideshow-headline-news-blog.html#sthash.Z7oQXREi.dpuf

masih tentang singkong

Diposting oleh Unknown


Tentang SingkongUmumSingkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 5-10 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis yang ditanam. Namun dengan perkembangan tehnologi singkong dapat mencapai garis tengah lebih dari 15 cm dan panjang lebih dari 1 meter. Bahkan ada yang umbinya mencapai berat 70 kg per pohon  bahkan lebih. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan.
Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya serat dan karbohidrat namun miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionin.
Umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah. Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada kandungan racun glukosida yang dapat membentuk asam sianida. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih segar, dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya pahit. Pada jenis singkong yang manis, proses pemasakan sangat diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya. Dari umbi ini dapat pula dibuat tepung tapioka
Singkong yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu secara ilmiah mempunyai klasifikasi:
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malpighiales
Famili: Euphorbiaceae
Upafamili: Crotonoideae
Bangsa: Manihoteae
Genus: Manihot
Spesies: Manihot esculenta
Dalam bahasa daerah di Indonesia antara lain dinamakan :
Jawa : tela, pohong
Sunda : sampeu, dangder
Madura : sabreng, tela belada
Papua : pangala
Aceh : ubi kayee
Makassar : lame kayu
Dalam bahasa asing dinamakan:
Inggris : cassava
Malaysia : ubi kayu
Filipina : kamoteng kahoy, balanghoy
Thai : sampalang
Vietnam : củ sắn, khoai mì
Srilanka : maniok
India : kappa
China : mushu
Brazil : mandioca, aipim, macaxera
Afrika-Swahili : mogo, mihogo
Singkong adalah sumber karbohidrat terbesar ke-3 di dunia sebagai makanan manusia
Manfaat Singkong untuk Kesehatan
Singkong ternyata memiliki manfaat beragam untuk kesehatan kita. Silakan Anda simak manfaatnya di bawah ini:
1. Singkong baik untuk diet rendah kalori Anda.
   Mengapa begitu? Ini karena singkong merupakan bahan makanan dengan kandungan karbohidrat yang  lebih rendah dari nasi dan roti, dengan kandungan serat yang tinggi sehingga membuat perut tetap terasa kenyang dalam waktu yang lama.
2. Singkong baik untuk kesehatan pencernaan Anda
   Singkong merupakan umbi yang banyak sekali mengandung Insoluble Fiber atau Serat yang Tidak Larut dalam Air. Serat jenis ini berfungsi memperlancar proses buang air besar, serta mampu nyerap dan membuang toksin dalam usus, sehingga pencernaan Anda menjadi sehat.
3. Manfaat Singkong menurut Prof. Hembing Wijayakusuma, pakar tanaman obat
   Menurut beliau, efek farmakologis dari singkong adalah sebagai antioksidan, antikanker, antitumor, dan menambah napsu makan. Bagian yang umum dipakai pada tanaman ini adalah daun dan umbi.


Umbi singkong memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B dan C, dan amilum. Daun mengandung vitamin A, B1 dan C, kalsium, kalori, forfor, protein, lemak, hidrat arang, dan zat besi. Sementara kulit batang, mengandung tannin, enzim peroksidase, glikosida, dan kalsium oksalat.
Selain sebagai makanan, tanaman singkong memiliki berbagai khasiat sebagai obat. Di antaranya obat rematik, sakit kepala, demam, luka, diare, cacingan, disentri, rabun senja, beri-beri, dan bisa meningkatkan stamina.
Mengatasi rematik bisa dilakukan dengan pemakaian dalam dan pemakaian luar.
Pada pemakaian luar, sebanyak lima lembar daun singkong, 15 gram jahe merah, dan kapur sirih secukupnya, dihaluskan dan ditambahkan air secukupnya. Setelah diaduk, ramuan dioleskan pada bagian tubuh yang sakit.
Pada pemakaian dalam, 100 gram batang singkong, satu batang sereh, dan 15 gram jahe direbus dengan 1.000 cc air hingga tersisa 400 cc. Lalu, disaring dan diminum airnya sebanyak 200 cc. Lakukan dua kali sehari.
Mengatasi sakit kepala.
Daun singkong ditumbuk lalu digunakan untuk kompres. Sebagai obat demam, 60 gram batang pohon singkong, 30 gram jali yang telah direndam hingga lembut direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc. Ramuan disaring dan diminum airnya sebanyak 200 cc. Lakukan dua kali sehari.
Mengatasi luka bernanah.
Batang singkong segar ditumbuk lalu ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit. Untuk luka garukan, singkong diparut lalu ditempelkan pada bagian yang sakit dan diperban.
Obat luka karena terkena benda panas, singkong diparut lalu diperas. Airnya didiamkan beberapa saat hingga patinya mengendap, lalu patinya dioleskan pada bagian yang luka.
Mengatasi diare.
Sediakan tujuh lembar daun singkong direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc. Lalu disaring dan diminum airnya sebanyak 200 cc. Lakukan dua kali sehari.
Obat cacingan
Sediakan 60 gram kulit batang singkong dan 30 gram daun ketepeng cina direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Lalu disaring dan diminum airnya menjelang tidur. Mengatasi beri-beri, 200 gram daun singkong dimakan sebagai lalap.
Untuk meningkatkan stamina.
Sediakan 100 gram singkong, 25 gram kencur, dan lima butir angco (kurma merah, beli di toko obat/makanan china) yang telah dibuang bijinya, diblender dengan menambahkan air secukupnya. Lalu tambahkan madu dan diminum
Budidaya Singkong
I. Syarat Pertumbuhan
1.1. Iklim
a) Untuk dapat berproduksi optimal, ubi kayu memerlukan curah hujan 150- 200 mm pada umur 1-3 bulan, 250-300 mm pada umur 4-7 bulan, dan 100- 150 mm pada fase menjelang dan saat panen. Namun dengan tehnologi sebenarnya curah hujan tersebut dapat diganti dengan mengunakan sistem pengairan dan peyiraman tanaman dengan tehnik tertentu.
b) Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10 C. Bila suhunya di bawah 10 C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
c) Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 60-65%.
d) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
1.2. Media Tanam
a) Tanah adalah media tanam, jadi semua jenis tanah cocok untuk tanaman ketela pohon atau singkong. Jenis tanah yang berbeda tentu berbeda pula cara pemupukannya. Dengan pemupukan yang sesuai dengan jenis tanah maka otomatis unsur hara akan tersedia dan tanah akan mudah diolah.
b) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.
1.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.
II. Pedoman Teknis Budidaya
2.1. Pembibitan
Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
b) Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.
2.1.2.Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Bibit berupa stek batang berukuran 20 cm, dipotong mengunakan gergaji.
b) Sebaiknya stek pilih batang bagian bawah sampai tengah saja.
c) Kemudian bibit direndam dengan larutan hormon dan vitamin pertumbuhan selama 1 jam.
d) Setelah perendaman, bibit kemudian dimasukan ke karung, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.



































2.2. Pengolahan Media Tanam
2.2.1. Persiapan
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah :
a)  Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan cairan pH tester.
b) Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik. Hal ini berkaitan erat dengan metode dan kegiatan pemupukan agar produksi panen mencapai hasil yang maksimal
2.2.2. Pembukaan dan Pembajakan Lahan
       Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan traktor atau manual.
Pada pembajakan mengunakan traktor, maka pembajakan dilakukan dengan 3 tahap, yaitu :
1) Tahap pembersihan lahan, dilakukan secara merata dengan kedalaman inimal 40 cm.
2) Pada tahap ke 2 ini sebaiknya dilakukan minimal 5 hari setelah pembajakan pertama, hal ini agar inang rumput benar-benar mati dan membusuk. Disarankan dibajak secara menyilang dari bajak pertama.
3) Pada tahap ini adalah pembuatan bedengan atau guladan, dilakukan minimal 5 hari setelah bajak ke 2 agar gulatan terbentuk secara sempurna.



Pada sisi-sisi yang sulit dijangkau oleh traktor atau pada tanah tegalan yang arealnya relatif lebih sempit maka pencangkulan manual masih dilakukan sampai tanah siap untuk ditanami.


2.2.3. Pembentukan Bedengan / Guladan
       Pembentukan bedengan atau Guladan dapat dibuat langsung oleh traktor setelah pembajakan ke 2 selesai, namun pada lahan yang relatif basah maka penggunaan traktor mencapai maksimal penggunaannya, maka pembentukan bedengan dilakukan secara manual pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman.



























2.2.4. Pengapuran
       Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam/tanah gembut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.
2.3. Teknik Penanaman
2.3.1. Penentuan Pola Tanam
       Pola tanaman tidak harus memperhatikan musim dan curah hujan. Dengan tehnologi maka permasalahan air sangat memungkinkan bisa di rekayasa.
2.3.2. Cara Penanaman
       Tanamkan stek sedalam 15-17 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertanam ke tanah pada guladan yang sudah terbentuk. Penimbunan stek harus merata pada sekeliling stek, usahakan jangan ada celah pada sekeliling stek agar akar yang terbentuk berpotensi menjadi calon umbi. Adanya celah menyebabkan akar akan menjadi tunas. Jarak tanam yang umum digunakan yaitu 100 X 120 cm,


















































2.4. Pemeliharaan Tanaman
2.4.1. Penyulaman
         Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam. Pada umumnya petani maupun pengusaha mengganti tanaman yang mati dengan sisa bibit yang ada. Bibit sulaman yang baik seharusnya juga merupakan tanaman yang sehat dan tepat waktu untuk ditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas. Waktu penyulaman adalah minggu pertama dan minggu kedua setelah penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu ketiga setelah penanaman mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok antara tanaman pertama dan tanaman sulaman.
2.4.2. Penyiangan
       Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman juga agar pupuk dapat diserap optimal oleh tanaman tanpa berbagi dengan yang lain. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 3 kali penyiangan.



















































2.4.3. Pembubunan atau Pengemburan
         Cara pembubunan atau pengemburan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan. Waktu pembubunan dapat bersamaan dengan waktu penyiangan. Apabila tanah sekitar tanaman ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/ditutup dengan tanah agar akar tidak kelihatan.
2.4.4. Perempelan/Pemangkasan
        Pada tanaman ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas, minimal setiap pohon hanya mempunyai cabang 2 saja. Hal ini agar jumlah serta pengisian umbi bisa mencapai maksimal.



























2.4.5. Pemupukan
     Khusus pada perkebunan yang kami kelola, kami hanya mengunakan pupuk organik (non kimia)saja, baik cair maupun padat serta dengan menambahkan vitamin atau hormon pertumbuhan yang berbahan baku organik. Pemupukan organik padat (pupuk kandang) dilakukan sebelum proses penanaman minimal kami gunakan 15 ton per Ha. Selanjutnya pemupukan organik cair awal dilakukan dengan cara penyiraman setelah 1 hari proses tanam, selanjutnya dengan cara semprot kabut secara berkala sampai usia tanam mencapai 6 bulan
Tingkat keberhasilan dalam metode dan kegiatan pemupukan bisa dilihat dari bentuk dan jumlah daun. Bisa dikatakan bahwa pertumbuhan umbi akan mencapai maksimal bila jumlah helai daun berjumlah 9 helai dan berwarna hijau.





















































2.4.6. Pengairan dan Penyiraman
       Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang baik digunakan adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.
2.5. Hama dan Penyakit
2.5.1. Hama
a) Uret (Xylenthropus)
Ciri : berada dalam akar dari tanaman. Gejala : tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak. Pengendalian : bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.
b) Tungau merah (Tetranychus bimaculatus)
Ciri : menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejala : daun akan menjadi kering. Pengendalian : menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.
2.5.2. Penyakit
a) Bercak daun bakteri
Penyebab: Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG . Gejala: bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati. Pengendalian: menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun.
b) Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith)
Ciri: hidup di daun, akar dan batang. Gejala: daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan umbi langsung membusuk. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.
c) Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)
Penyebab: cendawan yang hidup di dalam daun. Gejala: daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun mati. Pengendalian: melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.
d) Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica)
Penyebab: cendawan yang hidup pada daun. Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda. Pengendalian: memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit.
2.5.3. Gulma
         Sistem penyiangan/pembersihan secara menyeluruh dan gulmanya dibakar/dikubur dalam seperti yang dilakukan umumnya para petani Ketela pohon dapat menekan pertumbuhan gulma. Namun demikian, gulma tetap tumbuh di parit/got dan lubang penanaman. Khusus gulma dari golongan teki (Cyperus sp.) dapat di berantas dengan cara manual dengan penyiangan yang dilakukan 2-3 kali permusim tanam.
Sedangkan jenis gulma lainnya adalah rerumputan yang banyak ditemukan di lubang penanaman maupun dalam got/parit. Jenis gulma rerumputan yang sering dijumpai yaitu jenis rumput belulang (Eleusine indica), tuton (Echinochloa colona), rumput grintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit (Paspalum distichum), dan rumput sunduk gangsir (digitaria ciliaris). Pembasmian gulma dari golongan rerumputan dilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan dan penyemprotan herbisida berspektrum sempit misalnya Rumpas 120 EW dengan konsentrasi 1,0-1,5 ml/liter.
2.6. Panen
2.6.1. Ciri dan Umur Panen
          Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 8–10 bulan untuk varietas Gajah dan 9–12 bulan untuk varietas Dalam.
2.6.2. Cara Panen
       Ketela pohon dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah.
2.7. Pasca Panen
2.7.1. Pengumpulan
          Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.
2.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
      Pemilihan atau penyortiran umbi ketela pohon sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi ketela pohon dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.
2.7.3. Penyimpanan
          Cara penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.
b) Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka atau daun ketela pohon itu sendiri.
c) Masukkan umbi ketela pohon secara tersusun dan teratur secara berlapis kemudian masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di atas atau jerami.
d) Terakhir timbun lubang berisi umbi ketela pohon tersebut sampai lubang permukaan tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan seperti ini cukup awet dan membuat umbi tetap segar seperti aslinya.
2.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
     Pengemasan umbi ketela pohon bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/ dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar. Khusus untuk pemasaran antar pulau maupun diekspor, biasanya umbi ketela pohon ini dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan tepung tapioka ataumocaf. Kemasan selanjutnya dapat disimpan dalam karton ataupun plastik-plastik dalam pelbagai ukuran, sesuai permintaan produsen. Setelah dikemas diangkut dengan alat trasportasi baik tradisional maupun modern ke pihak konsumen, baik dalam maupun luar negeri.
Semoga bermanfaat..
Sumber:
http://www.lestarimandiri.org/id/budidaya-tanaman-organik/tanaman-perkebunan/292-budidaya-tanaman-singkong-ketela-pohon.html

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar